A. PEMERINTAHAN DAULAH ABBASIYAH
Pemerintahan Dinasti Bani
Abbas atau Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
pemerintahan sebelumnya, yakni Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan “Khilafah
Abbasiyah” karena pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan dari paman
Nabi Saw, Abbas bin Abdul Mutholib. Pendiri dari khilafah
Abbasiyah ini adalah Abul Abbas al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali
ibn Abdullah ibn al-Abbas (Khalifah ke-1).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahannya berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung
dalam rentang waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H s.d. 656 H, atau
tahun 750 M s.d. 1258 M. Berdasarkan perubahan
pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode:
a. Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M),
disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b. Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut
periode pengaruh Turki pertama.
c. Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M),
masa kekuasaan dinasti Buwaihi dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d. Periode Keempat (447- 590 H / 1055-1194 M),
masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah
Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di
bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
e. Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol..
Pada awalnya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah al-Anbar,
dekat Kufah. Kemudian Khalifah al-Mansur (khalifah ke-2) memindahkannya ke kota
yang baru dibangunnya, yakni Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, tahun
762 M. Di ibu kota yang baru ini al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban
pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan
yudikatif.
Dinasti bani Abbasiyah yang didirikan oleh Abul Abbas As-Saffah
(750-754 M) dan dibangun oleh Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M) ini mengalami
puncak keemasan/kejayaan pada masa 7 khalifah sesudahnya, yaitu : yaitu
al-Mahdi (775–785 M), al-Hadi (785-786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M),
al-Makmun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan
al-Mutawakkil (847-861 M). Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di
zaman Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833
M).
Harun ar-Rasyid adalah seorang khalifah yang adil
dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Untuk meningkatkan kesejahteraan
dan layanan kesehatan, dia mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter,
dan farmasi. Pada masa pemerintahannya sudah terdapat paling tidak sekitar 800
orang dokter. Pada masa Harun al-Rasyid ini, kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kesusastraan berada
pada zaman keemasannya, sehingga daulat Abbasiyah menjadi Negara terkuat
dan tak tertandingi pada masa itu.
Perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan dan ilmu
pengetahuan berlanjut pada masa Khalifah al-Ma’mun. Khalifah al-Ma’mun.
al-Makmun juga dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat.
Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing kedalam bahasa arab
digalakkan. Untuk keperluan penerjemahan ini ia mendirikan lembaga pendidikan
yang bernama Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan sekaligus
berfungsi sebagai perguruan tinggi (universitas) dengan perpustakaan
yang besar.
B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI MASA
ABBASIYAH
1. Dorongan Mencari Ilmu dan Menjadi Ilmuwan
Sejarah telah mencatat bahwa sebelum bangsa Barat (Eropa) mencapai
kemajuan di bidang Iptek (Ilmu Pengetahuan dan teknologi) seperti sekarang,
umat Islam sudah mendahuluinya selama 6 abad, sejak tahun 611 (zaman Nabi) s/d
1250 Masehi (zaman Abbasiyah akhir). Masa kejayaan perkembangan Iptek di dunia
Islam terjadi antara tahun 750 s/d 1100 M pada masa kekhalifahan bani Umayyah
di Andalusia – Spanyol (Cordova) dan bani Abbasiyah di Baghdad
(Irak).
Perhatian dan minat para ulama dan ilmuwan muslim terhadap Iptek
sangat besar, karena dorongan dari ajaran Islam. Pada saat dunia Barat (Eropa)
yang dipengaruhi ajaran Gereja menyatakan anti dan menentang Iptek
pada Jaman Pertengahan, maka Islam justru menyatakan sebaliknya, bahwa
Iptek tidak dapat dilepaskan dari ajaran Islam.
Nabi bersabda,
مَنْ أَرَادَ
الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ اْلآخِرَةَ فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ. ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
)
Artinya :"Barangsiapa yang ingin hidup sejahtera di dunia,
sarananya adalah ilmu. Siapa yang ingin hidup bahagia di akhirat, sarananya
adalah ilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki keduanya, sarananya adalah
ilmu".
Menurut Islam, sumber ilmu pengetahuan adalah Alloh. Tugas seorang
muslim adalah membuka pintu ilmu, menggali dan mengembangkan ilmu Alloh yang
tersebar di alam semesta ini. Mencari ilmu bagi muslim dan muslimah adalah
wajib hukumnya, sebagaimana sabda Nabi Saw:
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
Nabi bersabda lagi :
اُطْلُبُوا
الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ
Artinya: "Carilah ilmu sejak dari buaian ibu
(lahir) sampai ke liang lahad (mati)".
اُطْلُبُوا
الْعِلْمَ وَ لَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya: "Carilah ilmu, sekalipun sampai ke negeri Cina"
Alloh berfirman,Artinya: " …. Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. .... " (QS Al-Mujadilah [58] : 11)
2. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju, terutama
melalui gerakan terjemahan, membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan
agama. Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat
peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan
yang sangat baik dari para ilmuwan. Sebab pemerintahan dinasti abbasiyah telah
menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut. Diantara fasilitas yang
diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti Baitul
Hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study lainnya.
Ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah tumbuh dan berkembang
dengan suburnya disebabkan oleh dua faktor :
1). Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa
Arab dan bangsa-bangsa lain seperti Persia, Yunani, India, yang sudah maju
Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non Arab yang masuk Islam dan sangat besar
sahamnya dalam perkembangan Iptek. Bangsa Persia berjasa dalam ilmu
pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa India terlihat pada ilmu
kedokteran, matematika dan astronomi. Pengaruh Yunani masuk melalui
terjemahan-terjemahan berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2). Gerakan penterjemahan berjalan melalui 3
fase:
Fase pertama pada masa Al-Manshur sampai Harun
Al-Rasyid, penterjemahan terfokus pada ilmu astronomi dan logika (mantiq).
Fase kedua pada masa Al-Makmun hingga tahun 300 H,
terfokus pada ilmu kedokteran dan filsafat. Dan
Fase ketiga setelah tahun 300 H, bidang ilmu yang diterjemahkan
semakin luas.
3. Perkembangan Bidang Ilmu Naqli :
1). Ilmu Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah:
a. Imam Bukhari (810-870 M). Nama : Abu
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardzibah
al-Bukhari. Karyanya : kitab “al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari”, “at-Tarikh
as-Sagir”, “at-Tarikh al-Ausat”, “Tafsir al-Musnad al-Kabir”, dll.
b. Imam Muslim (817 – 875 M). Nama : Abu
al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi. Dalam rawi hadits, Imam
Bukhari dan Imam Muslim sering disebut Syaikhoni (Dua Syekh).
Karyanya : kitab “al-Jami’ al-shahih al-muslim”. Para ulama’ menempatkan
kitab Sahih Muslim pada peringkat kedua sesudah Sahih Bukhari.
c. Ibnu Majah (823-887 M). Nama : Abu Abdillah
Muhammad bin Yazid ar-Raba’I al-Qazwani. Karyanya: kitab “Sunan Ibnu Majah”.
d. Abu Daud (817-888 M). Nama : Abu Dawud Sulaiman
bin al-asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran al-Azdi
as-Sijistani. Karyanya: kitab “Sunan Abu Dawud”.
e. At-Tirmidzi (209-279 H). Nama : Abu Isa Muhammad
bin Isa bin Saurah bin Musa bin Da Dahlat as-Sulami al-Bugi. Dalam bidang
hadits, at_Tirmizi adalah murid Imam Bukhari. Pendapat Imam Bukhari tentang
nilai hadits sering ditampilkan dalam karyanya, “Sunan at-Tirmizi”.
f. An-Nasa’i (830-915 M). Nama : Ahmad bin Syu’aib bin
Ali bin Bahr bin sinan. An-Nasa’I menulis beberapa kitab : as-Sunan
al-Kubra, as-Sunan al-Mujtaba’, Kitab Tamyiz, Kitab ad-Du’afa’, Khasa’is Amirul
Mu’minin Ali bin Abi thalib, Musnad Ali, dan Musnad Malik.
2). Ilmu Tafsir
Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode
penafsiran: Pertama, tafsir bil-ma’tsur yaitu, interpretasi
tradisional dengan mengambil interpretasi dari hadis Nabi SAW dan para
sahabatnya. Mufassir masyhur golongan ini antara lain
a. Ibn Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak
30 juz
b. Ibn Athiyah al-Andalusy (Abu Muhammad bin
Athiyah)
c. al-Sud’a Muqatil bin Sulaiman yang mendasarkan
penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, dan para sahabat lainnya.
Kedua, tafsir bil-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih
banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan pendapat
sahabat. Mufassir golongan ini antara lain :
a. Abu Bakar Asma (mu’tazilah),
b. Abu Muslim Muhammad bin Nashr
al-Isfahany (mu’tazilah) dengan kitab tafsirnya 14 jilid.
3). Ilmu Fiqih
Dalam bidang fiqih, para fuqaha’ yang ada pada masa Bani Abbasiyah
mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini. Ada 4 fuqoha’ yang
terkenal dengan sebutan “Imam mazhab empat”
a. Imam Abu Hanifah (700-767 M). Nama : Nukman bin
Tsabit, dikenal sebagai pembangun madzhab
Hanafi. Pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang
terjadi di Kuffah, karena itu mazhab ini lebih banyak
menggunakan pemikiran rasional dari pada hadis.Karyanya: kitab “Musnad
al-Imam al-A’dzam” atau fiqih al-akbar. Muridnya dan sekaligus
pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qodhi Al-Qudhal di zaman Harun
Al-Rasyid.
b. Imam Malik (713-795 M). Nama: Anas bin Malik,
terkenal sebagai ahli hadis dan pembangun Madzhab Maliki. Dia lebih
cenderung menggunakan dalil naqli (nash Qur'an dan hadis) dan tradisi
masyarakat Madinah daripada dalil aqli (rasional). Karyanya :
yang terbesar berjudul Al-Muwattha', yang berisi kumpulan Hadis Nabi.
Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia, Libiya, Mesir,
Spanyol dan daerah Afrika lainnya.
c. Imam Syafi’i (767-820 M). Nama : Muhammad bin Idris
Asy-Syafi'iy, terkenal sebagai pembangun Madzhab
Syafi'iy. Corak pemikiran Madzhabnya : berusaha memadukan antara
madzhab Hanafi yang rasionalis dan Maliki yang ortodoks (salafi).
Dari pengetahuannya yang mendalam di berbagai disiplin ilmu agama,
dan penguasaannya terhadap ilmu Mantik (Logika / silogisme Aristoteles), ia
melahirkan pemikiran fiqih yang logis dan sistimatis,
serta menemukan ilmu Ushul fiqih.
Karyanya: (1) kitab Al-Umm (berisi kumpulan hasil
pemikiran ijtihadnya di bidang hukum Islam) dan kitab;
(2) Musnad Imam Syafi'iy (berisi kumpulan hadis
Nabi); (3). Ar-Risalah” (berisi kaidah-kaidah ilmu ushul
fiqih secara lengkap).
Perkembangan madzhab Syafi'iy tersebar di negara Mesir, Irak,
Pakistan, Asia Tenggara (Indonesia, Malaisia, Thailan dan sekitar).
d. Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M). Nama : Ahmad bin Hanbal.
Lahir di Baghdad. Ia terbilang murid Imam Syafi'iy, dan pembangunMadzhab Hanbali.
Karya tulis terbesarnya berjudul : ”Al-Musnad” yang berisi kumpulan
hadis Nabi, dan kitab ”An-Nasikh wal Mansukh”.
4). Ilmu Akhlak dan Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan
gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir
muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Ilmu tasawuf adalah
ilmu hakekat yang pada intinya mengajarkan penyerahan diri kepada Allah,
meninggalkan kesenangan dunia dan hidup menyendiri untuk beribadah kepada
Allah.
Para Ulama’ ahli ilmu akhlak :
a. Imam Mawardi (975-1058 M).Karya tulisnya antara
lain berjudul : Al-Ahkamus Sulthaniyyah (berisi politik /
tatanegara). Di bidang Akhlak, ia menulis buku yang terkenal sampai saat
ini berjudul: Adabud-Dunya wad-Din.
b. Imam Ghazali (1058-1111 M). Ia lahir di Thus (Iran) dengan
nama lengkap Abu Hamid Muhamad bin Muhammad at-Tusi asy-Syafi'iy al-Ghazali. Ia
seorang multidisipliner, dan seorang penulis yang sangat produktif
dan berkualitas. Jumlah karangannya lebih dari 100 judul. Buku yang sangat
terkenal di seluruh dunia dan menjadi puncak karya intelektualnya berjudul
: Ihya' 'Ulumiddin (Menghidup-hidupkan ilmu agama), yang berisi
pandangannya tentang ilmu tauhid, syariat, akhlak dan tasawwuf. Di
Indonesia, buku ini menjadi kajian para kiyai, sarjana, dan santri senior di
setiap pondok pesantren.
c. Imam Ibnu Miskawaih (932-1030
M). Ia seorang filsuf muslim yang ahli di bidang ethika. Bukunya
berjudul : Tadzhibul Akhlaq wa Tat-hirul A'raq (Pendidikan akhlak dan
pencucian jiwa).
Dia juga ahli filsafat Aristoteles. Karena keahliannya di bidang
filsafat, ia mendapat julukan "Al-Mu'allimus Tsalits" (guru ketiga).
Guru pertamanya adalah Aristoteles, sedang Guru keduanya
adalah Al-Farabi.
Para ulama Tasawuf (sufi) antara lain :
a. Al Qusyairi. Nama : Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazin
al Qusyairi. Kitab tasawuf yang terkenal ”Ar Risalatul Qusyairi”.
b. Syahabuddin Suhrawardy (wafat 632 M). Kitab tasawufnya
”Awaritul Ma’arif”.
c. Imam Ghazali. Bukunya yang sangat terkenal di bidang ilmu
akhlak tasawuf: Ihya’ Ulumddin.
d. Dzun-Nun Al-Mishri (190-245 M). Lahir dan
wafat di Mesir. Dzunnun al-Mishri dikenal sebagai orang pertama yang
mengenalkan maqamatdalam dunia sufi.
e. Sirri al-Saqathi (wafat 253 H). Dia mengenalkan uzlah-uzlah
yang sebelumnya hanya dikenal sebagai tindakan menyendiri secara personal,
dikembangkan oleh al-Saqathi menjadi “uzlah kolektif”, uzlah yang ditujukan
untuk menghindari kehidupan duniawi yang melenakan.
f. Abu Yazid al-Bustami (wafat di Bistam Iran tahun 873
M). Nama: Abu Yazid (Bayazid) Taifur bin Isa bin Surusyan.
Seorang sufi Persia yang mengenalkan konsep ittihad atau
penyatuan asketis dengan Tuhan, melalui beberapa proses :
mulai fana’ dalam yang dicinta (Allah), bersatu dengan yang dicinta,
dan kekal bersamaNya.
g. Al-Junaid al-Baghdadi (909 M). Dia mencoba mengkompromikan
tasawuf dengan syariat, hal ini ia lakukan setelah melihat banyaknya pro-kontra
antara sufi dan ahlu al-hadis di masanya Lagi pula al-Junaid juga
mempunyai basic sebagai seorang ahli hadis dan fiqh.
h. Al-Hallaj, (858-922 M). Nama : Husein bin Mansur
al-Hallaj.Dia murid Al-Junaid al-Baghdadi yang lebih berani dan radikal dengan
konsep Hulul yaitu konsep wahdatul wujud dalam versi lain, yang
berangkat dari dua sifat yang dipunyai manusia
yaitu nasut dan lahut.
5). Ilmu Kalam (Teologi Islam)
a. Abu Hasan Al-Asy'ari (872-913
M). Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah di
bidang ilmu kalam. Ia terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib bagi Alloh
ada 13 sifat, mulai dari wujud, qidam baqo', sampai kalam.
Karya-karya tulisnya yang dijadikan rujukan para ulama ilmu
kalam sampai sekarang, diantaranya berjudul : a). Maqolatul
Islamiyyin(pendapat golongan Islam); b) Al-Ibanah 'an
Ushuliddiniyyah (penjelasan tentang dasar-dasar
agama); c) Al-Luma' (sorotan) yang berisi penjelasan
tentang ketuhanan, dosa besar dan persoalan ’aqidah.
b. Abu Manshur Al-Maturidi (875-944
M). Seperti halnya Al-Asy'ari,
Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah bidang ilmu
kalam. Dalam membahas sifat-sifat Alloh, ia merumuskan bahwa sifat Allah
berjumlah 20 sifat yang dikelompokkan menjadi 4 sifat, yaitu
sifat nafsiyyah, salbiyah, ma'aniy dan ma'nawiyah.
4. Perkembangan Ilmu Aqli :
1). Filsafat (Philosophia)
Filsafat adalah induk Ilmu pengetahuan. Dari Filsafat berkembang
ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Melihat fungsi Filsafat
bagi umat Islam, maka para cendekiawan muslim di samping memahami Filsafat,
mereka juga ulama yang sangat disegani kedalaman ilmunya di berbagai bidang,
misalnya Imam Al Gazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Thufail, dan di antara mereka ada
yang sangat menguasi ilmu-ilmu umum, misalnya kedokteran (Ibnu Sina) dll.
Para Filosof yang ilmu dan pemikirannya sampai kepada kita sampai
saat ini antara lain:
a. Abu Ishak Al Kindi (194 – 260 H / 809 – 873 M).
Ia seorang Filosof Arab pertama. Selain itu, dia juga seorang dokter Islam yang
terkenal. Ia ahli dalam pengobatan Mata sebagaimana dalam buku “Optics” (Ilmu
mata) yang menjadi referensi pemikiran Roger Bacon.
b. Abu Nasr Al Farabi (wafat 916 M dalam usia 80
tahun). Dia seorang Filosof Islam yang paling faham terhadap pemikiran
Aristoteles. Orang Eropa menyebutnya dengan Al-Pharabius. Di bidang Seni
Musik, dia menciptakan alat music “piano” (Al-Qonun)
c. Ibnu Sina atau Avicena (980 – 1037 M).
Selain seorang “Dokter”, dia juga ahli filsafat dan menguasai ilmu
agama seperti tafsir, fiqih, perbandingan agama, Tasawuf. dan filsafat. Di
bidang filsafat, karyanya yang berjudul Asy-Syifa' menguraikan pemikiran
filsafatnya yang terpenting dan terbesar, lalu diringkas dalam bukunya
: An-Najat.
d. Al-Gazali (1058 – 1101 M). Di
bidang filsafat ketuhanan (Teologi), Imam Ghazali diakui para sarjana
Barat modern dan sarjana Islam sebagai pemikir ulung dan paling
orisinal sepanjang sejarah, disebabkan usahanya mengkritik habis-habisan
pemikiran ketuhanan (teologi) yang didasarkan pada filsafat Yunani, yang
menurutnya dapat menyesatkan aqidah umat Islam. Maka lahirlah bukunya yang
berjudul "Tahafutul Falasifah" (Kerancuan pemikiran para filosof),
dengan tujuan untuk membentengi umat Islam dari bahaya berfikir bebas (liberal)
secara berlebihan yang mengakibatkan mereka meninggalkan ibadah. Atas perannya
ini ia dijuluki dengan "Hujjatul Islam" (Argumentasi Islam).
Buku karangannya lainnya di bidang filsafat antara lain : Al
Munqidz minadh Dhalal, Maqosidul Falasifah. Dll.
e. Ibnu Rusyd atau Averoes (1126 – 1198 M). Selain ahli
kedokteran, dia juga ahli filsafat, pengikut Aristoteles yang sangat
berpengaruh. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, maka di Eropa
timbul gerakan Averroeisme yang menuntut kebebasan berfikir dan
memprotes kekuasaan gereja yang memonopoli pemikiran keagamaan. Tentu saja
gerakan mereka ditolak oleh pihak gereja. Berawal dari gerakan
Averroeisme inilah kemudian lahir reformasi di Eropa pada abad
ke-16 M dan rasionalisme pada abad 17 M, yang sangat berpengaruh
mendorong lahirnya Agama Kristen Protestan, yang memisahkan
diri dari Agama Kristen Katolik.
Bukunya di bidang filsafat antara lain : Mabadiul
Falasifah, Thahafutut Thahafut, dll.
2). Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa itu telan
didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi.
Diantara para cendekiawan kedokteran :
a. Ibnu Sina (980 – 1037 M). Sarjana Barat
menyebutnya Aviecena. Ia terkenal Ahli kedokteran. Dia dinobatkan
sebagai Father of Doctors (Bapak kedokteran). Karya tulisnya yang
terkenal Al-Qonun fith-Thibb (Dasar-dasar ilmu kedokteran), berisi
ensiklopedi ilmu kedokteran.
Kata DR Robinson, buku ini sangat berpengaruh dan dijadikan
literatur wajib pada fakultas Kedokteran di berbagai Universitas di Asia dan
Eropa selama 6 abad. Dan selama dinasti Han di Cina, buku ini menjadi
standar karya-karya medis Cina. Buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa,
antara lain kedalam bahasa inggris dengan judul Canon of Medicine.
b. Ar-Razi (865 – 925). Nama lengkapnya, Muhammad
bin Zakaria Ar-Razi. Sarjana Barat menyebutnya Razhes. Ia ahli di bidang
Kedokteran. Bukunya berjumlah + 166 judul. Dalam bidang kedokteran
saja ada 56 judul buku. Buku terkenalnya berjudul Al-Hawi (inti sari
ilmu Kedokteran Yunani, Syiria dan Arab, terdiri dari 20 jilid besar) yang
berisi ensiklopedi informasi kedokteran, yang menjadi buku induk kedokteran
modern.
Ar-Razy adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar
dengan kolera, dalam bukunya Small-pax and Measless (Ilmu Campak
dan Kolera)..
Ar-Razy juga ahli Filsafat dan Kimia. Di bidang ilmu
Kimia, dia menulis buku Al Kimiya (berisi tentang pembagian
benda-benda kimia dan nama-nama zat Kimia).
c. Ibnu Rusyd (1126 - 1198 M). Nama lengkap : Abu Wahid
Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd. Sarjana Barat
menyebutnya Averros. Ia dikenal sebagai Perintis Ilmu
Kedokteran umum dan Histologi (Ilmu jaringan tubuh). Juga
berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. Karya tulis
dalam bidang ini berjudul Al-Kulliyyat fit-Thibb (Aturan-aturan umum
ilmu kedokteran) yang terdiri atas 16 jilid besar.
Selain dokter, Ibnu Rusyd juga ahli filsafat dan
ahli Agama (Fiqih) dengan bukunya yang berjudul Bidayatul Mujtahid wa
Nihayatul Muqtasid, berisi kajian hukum fiqih madzhab Maliki yang tersusun
secara sistimatis.
d. Abu Nasr Al Farabi. Selain seorang filosof, dia juga
seorang dokter muslim. Karyanya yang terkenal dalam bidang kedokteran
adalah Kunci Ilmu (Key of Sciences) 976 yang ditulis ulang oleh Muhammad al
Khawarizmi dan buku Fihrist al Ulum (Indec of Sciences) 988, yang ditulis ulang
oleh Ibnu Nadim.
3). Ilmu Alam (Kimia, Fisika, Biologi)
Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan
eksperimen obyektif. Diantara tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.
a. Jabir Ibnu Hayyan (778 M). Selain seorang dokter
pertama dunia Islam, dia terkenal sebagai Bapak Ilmu
Kimia dalam Islam. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan
tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat
tertentu. Bukunya yang terkenal : “Book of the Composition al
Chemy” (1144) dan “Book of Seventy” (1187).
b. Al-Ashaamiy. Ahli Biologi, Botani. Bukunya : Kitabun
Nabati wasy-Syujjar membahas tentang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan
c. Ibnu Haitam (965 – 1039). Nama lengkapnya : Abu Ali Hasan bin
Haithami. Di Barat dikenal dengan nama Avenetan, nama lainnya
adalah Alhazen.
Selain seorang dokter istana, ia juga ahli fisika dan matematika.
Buku terkenalnya berjudul Al-Manazhir menjelaskan ilmu
optik. Ia melakukan percobaan dan menguji pembiasan sinar melalui medium udara
dan air dengan mempergunakan ruas-ruas bundar seperti gelas kaca yang penuh
air, sampai pada penemuan teoritis tentang lensa kaca pembesar. Teorinya ini
digunakan selama 6 abad sebelum ditemukan hukum sinus ciptaan Descartes.Teorinya
tentang optik mempengaruhi teori sarjana Barat seperti Issac Newton, John
Kepler, Roger Bacon.
d. Al-Jahiz (775 - 868 M). Ahli biologi dan zoologi. Bukunya
berjudul Al-Hayawan (hewan-hewan).
e. Ibnu Baitar (wafat 1248 M). Ahli Biologi, Botani, &
farmasi. Di Barat dikenal dengan nama "Aben Bethar". Ia
mengembangkannya kedalam obat-obatan (farmasi). Bukunya Al-Jami'
al-Mufrodat al-'Adawiyah wal Aghziyah membahas koleksi obat-obatan
sederhana yang diramu dari berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan.
4). Ilmu Matematika & Astronomi
a. Al-Khawarizmi (780 – 850 M). Ahli Matematika. Nama lengkap
: Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Sarjana Barat menyebutnya Algorisme. Ia
memperkenalkan angka arab (numeral arabic : 1,2,3,4,5,6,7,8,9) penemu
angka ”0” (nol) dan Penemu ilmu Aljabar.
Kata Aljabar diambil dari judul
bukunya: Al-Jabru wal Muqobalah. Buku ini dipakai sebagai literatur wajib
di beberapa Universitas Eropa sampai abad 16, sehingga ia mempengaruhi teori
ilmuwan Omar Khayam, Leonardo de Pisa, dll.
b. Omar Khayam (1038 – 1123 M). Ia bintangnya matematika pada
abad pertengahan, yang mengembangkan rumus-rumus matematikanya
Al-Khawarizmi. Dia penemu persamaan kubik dan persamaan
derajat.
c. Al-Fazari. Dia seorang astronom Islam pertama yang
menciptakan Astrolabe. Karyanya antara lain berjudul Kitab
al-Zij (tabel), Al-'Amal bil Asturlab, Al-Qasidah fi 'Ulumin
Nujum.
d. Al-Farghani. Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad
al-Farghani. Di Barat terkenal dengan nama Alfarganus. Ia seorang astronom
terkemuka di masanya dan terkenal di Barat pada abad pertengahan. Ia menulis
buku ringkasan ilmu astronomi berjudul Harakat al-Samawiyah wa
Jawami'ul-'ilmin Nujum. Ia menetapkan diameter bumi sepanjang 6500 mil dan
menemukan jarak yang paling jauh, serta menemukan diameter planet-planet.
e. Abu Raihan al-Biruni (973 – 1048 M). Dia seorang
ahli astronomi, astrologi, matematika dan dan fisika. Karyanya + 180
judul, diantaranya berjudul At-Tafhim li-awa-ili shina'atit
Tanjim, yang menjelaskan fenomena alam seperti sinar zodiac dan air
pasang di musim bunga dalam kaitannya dengan tekanan hidrostatika.
f. Al-Battani (858 – 929 M). Nama lengkapnya : Abu Abdillah
Muhammad ibn Jabir al-Battani. Di Barat dikenal dengan nama Albetegni. Dia
ahli matematika dan astronomi. Dia menciptakan istilah
perhitungan Trigonometri dengan unsur-unsur,
seperti Sin (Jaib), Tangen dan Contangen
Karya tulis terbesarnya : Ma'rifat Matallil Buruj fima baina
Arab al-Falak, tentang astronomi yang dilengkapi dengan tabel-tabel. Ia
berhasil menentukan garis lengkung atau kemiringan ekliptik (orbit dimana
matahari kelihatannya bergerak), panjangnya tahun tropis, lamanya musim, serta
tepatnya orbit matahari dan orbit utama planet-planet.
g. Nasiruddin Ath-Thusi (1274). Ia dikenal sebagai
seorang astronom dengan bakat yang luar biasa. Dalam hidupnya, ia menulis
sebanyak 16 buah buku astronomi dan 14 buku Matematika. Yang paling istimewa
adalah buku Quadri Lateral yang menjadi dasar trigonometry,
plenometry dan sperical. Khusus dalam bidang Ilmu perbintangan, ia membuat Observatorium
Maragha (di Asia kecil), membuat jadwal baru yang disebut dengan
“Ilkhanian”, dan membuat cincin pengukur gerhana Matahari dan Bulan
serta Katulistiwa.
h. Abu Ma’syar al- Falaky. Bukunya: “Isbatul Ulum” dan
“Haiatul Falak”
5). Ilmu Bahasa dan Sastra
Ilmu-ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’, dan arudl. Bahasa Arab
dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, disamping sebagai alat komunikasi
antar bangsa.
Diantara para ahli ilmu bahasa adalah:
a. Imam Sibawaih (w. 183 H), ahli nahwu.
b. Al-Kisa’i
c. Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H).
Pada masa ini lahir pujangga dan penyair yang sangat besar yang
berpusat di kota Bagdad. Abu Nuwas atau Abu Nawas
adalah salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya
Karya sastra yang sampai sekarang menjadi legenda adalah Alfu
Lailah Wa Lailah (the Arabian Night), adalah buku cerita Seribu
Satu Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan ke dalam hampir seluruh
bahasa dunia, ditulis oleh An-Nasyasi. .
6) Geografi dan Sejarah
Dalam bidang geografi, umat Islam sangat maju karena sejak
semula bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh
untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat adalah umat Islam
mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam. Di
antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah :
a. Abul Hasan Al-Mas’udi (w. 345 H/956 M), seorang
penjelajah yang mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan
penulis buku “Muruj Az-Zahab wa Ma’adin Al-Jawahir”.
b. Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia
yang dianggap sebagai ahli geografi Islam tertua. Diantara karyanya
adalah “Masalik wa Al-Mamalik”, tentang data-data penting mengenai sistem
pemerintahan dan peraturan keuangan.
c. Ahmad El-Ya’kubi, penjelajah yang pernah mengadakan
perjalanan sampai ke Armenia, Iran, India, Mesir, Maghribi, dan menulis
buku “Al-Buldan”.
d. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamdani (w. 334 H/946
M), karyanya berjudul “Sifatu Jazirah Al-Arab”.
Di bidang ilmu sejarah, banyak muncul tokoh-tokoh
sejarah, diantaranya: Ahmad bin Ya’kubi (w. 895 M)
karyanya adalah “Al-Buldan”(negeri-negeri)
dan “At-Tarikh” (sejarah).
EmoticonEmoticon