A. Kemajuan di Bidang Politik
Secara umum sistem pemerintah daulah Abbasiyah melanjutkan dari
Imperium Umayyah yaitu dengan bentuk pemerintahan monarki. Namun ada perbedaan
yang mendasar antara keduanya, yaitu jika dalam sistem Pemerintah Umayyah,
semua anggota parlemen didominasi oleh Bangsa Arab, namun dalam sistem
pemerintahan Dinasti Abbasiyah ini sudah terjadi percampuran antara Arab,
Persia dan Turki.
Dimulai pada masa khalifah Al-Mansur, konsep kehalifahan dipandang
sebagai mandat dari Allah, bukan dari manusia dan bukan pula sekedar pelanjut
nabi sebagaimana pada masa Khulafaurrasyidin.
Pola pemerintahan pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah berbeda-beda
dan diterapkan sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :
1. Para Khalifah tetap dari
keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai
lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
2. Kota Baghdad digunakan
sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial
dan kebudayaan.
3. Ilmu pengetahuan dipandang
sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
4. Kebebasan berfikir sebagai
HAM diakui sepenuhnya.
5. Para menteri turunan Persia
diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah (Hasjmy,
1993:213-214).
Selanjutnya periode II, III, IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah
mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan
negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan
pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik saja. Panglima di daerah sudah
berkuasa di daerahnya, dan mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan
sendiri misalnya saja munculnya daulah-daulah kecil seperti daulah Bani Umayyah
di Andalusia (Spanyol) dan Daulah Fatimiyah.
Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang
dilakukan oleh para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan
mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan
yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah dan kedua pengutamaan
orang-orang turunan persi.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu
itu dibantu oleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut
dengan wizaraat. Wizaraat terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Wizaraat Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil)
yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama
Khalifah.
2) Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabimet), Wazirnya
berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan. Sedangkan Khalifah sebagai lambang
saja .
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha
negara diadakan sebuah dewan yang bernama Diwanul Kitaabah (sekretariat
negara) yang dipimpin oleh seorang Raisul Kuttab (sekretaris negara).
Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa raisul
diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara bersifat
sentralistik yang dinamakan An-Nidhamul Idary Al-Markazy.
B. Kemajuan di Bidang Intelektual
Kebebasan berpikir yang diakui sepenuhnya sebagai hak asasi setiap
manusia oleh Daulah Abbasiyah. Oleh karena itu, pada waktu itu akal dan pikiran
benar-benar dibebaskan dari belenggu taqlid, sehingga orang leluasa
mengeluarkan pendapat. Berawal dari itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal
melahirkan 4 Imam Madzhab yang ulung, yaitu: Imam Hanafi (80-150 H), Imam
Maliki (93–170 H), Imam Syafi’i (150-204 H) dan Imam Hanbali ( wafat 241 H).
Pada masa pemerintahhan Khalifah Harun Ar-Rasyid perkembangan
intelektual mencapai puncak kejayaan, kemajuan tersebut dipengaruhi oleh :
a) Asimilasi antara bangsa Arab
dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang
pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu
filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui
terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
b) Pada masa ini usaha penerjemahan
kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah.
Kemajuan yang dicapai dinasti Abbasiyah mencakup ilmu agama,
filsafat dan sain (Harun Nasution, 2001:65-69).
Berikut kemajuan yang pernah dicapai dibidang ilmu agama :
1. Ilmu Hadits
Tokohnya: Al-Bukhori dengan kitabnya Al-Jam’i As-Shahih dan Tarikh
Al-Kabir, Muslim dengan kitabnya Shahih Muslim, Ibnu Majjah, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i.
2. Ilmu Tafsir
Tokohnya: Ibnu Jarir Ath Thabari dengan karyanya Jami Al-Bayan
fi Tafsir al- Qur’ansebagai pegangan pokok bagi mufassir hingga sekarang, Abu
Muslim Muhammad Ibn Bahar al-Ashfahani dengan tafsirnya Jami’ut Ta’wil,
Ar-Razy dengan tafsirnya Al-Muqthathaf.
3. Ilmu Fiqih
Tokohnya: Abu Hanifah dengan kitabnya Musnad Al-Imam Al-A’dhom atau Fiqh
Al-Akbar, Iman Malik dengan kitabnya Al-Muwatha’, Syafi’i dengan kitabnya Al-Um dan Al-Fiqh
Al-Akbar Fi Al-Tauhid, dan Ibn Hambal dengan kitabnya Al-Musnad.
4. Ilmu Tasawuf
Tokohnya: Abu Bakr Muhammad Al-Kalabadi dengan karyanya At-Ta’arruf
Li Mazhab Ahl Al-Tasawuf, Abu Nasr As-Sarraj Al-Tusi dengan karyanya Al-Luma’,
Abu Hamid al-Ghazali dengan karyanya Ihya ‘Ulumuddin, dan Abu Qasim Abd
Al-Karim Al- Qusyairi dengan karyanya Maqamat. Tokoh lainnya, Zunnun
al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj, dsb.
5. Ilmu Kalam / Teologi
Tokohnya seperti Washil bin Atha’, Ibn al-Huzail, al-Allaf,
dll dari golongan Mu’tazilah, Abu al-Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi dari ahli
sunnah.
Kemajuan dalam Ilmu Umum / Sains :
1. Ilmu Tarikh / Sejarah
Tokohnya: Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad IX), dll.
2. Kedokteran
Tokohnya: Al-Razi dengan karyanya al-Hawi, Ibn Sina dengan
karyanya al-Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine) dan Materia Medica yang memuat
760 obat-obatan.
3. Ilmu Kimia
Tokohnya: Jabir Ibn Hayyan yang berpendapat bahwa logam seperti
timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan menggunakan
obat rahasia. Ia mengetahui cara membuat asam belerang, asam sendawa, dan aqua
regia yang dapat menghancurkan emas dan perak.Ia juga memperbaiki teori
aristoteles mengenai campuran logam.
4. Astronomi
Tokohnya: Al-Biruni dengan kitabnya al-Hind dan al-Qanun al-Mas’udi
fi al-Hai’a wa al-Nujum, Nasiruddin Tusi menyusun tabel astronomi Ilkanian, Ibn
Yunus membuat perbaikan tabel astronomi dan Hakemite Tables, Moh. Targai Ulugh
Begh (cucu Timur Lenk) menyusun kitab al-Zij al-Sulthani al-Jadid yang berisi
1018 bintang.
5. Matematika
Tokohnya yang populer adalah al-Khawarizmi yang menemukan angka 0
(aljabar) pada abad IX. Angka 1-9 berasal dari angka-angka Hindu di India.
6. Fisika
Tokohnya Abdul Rahman al-Khazini, menulis kitab Mizanul Hikmah (The
Scale of Wisdom) tahun 1121 M. Tokohnya adalah Ali al-Hasan ibnul Haitsam yang
dikenal Alhazen, menulis sebuah buku besar tentang optic “Optical Thesaurus”,
mengoreksi teori Euclid dan Ptolemy. Ia juga mengembangkan teori
pemfokusan, pembesaran, dan inversi dari bayangan.
7. Geografi
Tokohnya: Zamakhsyari (w.1144) seorang Persia, menulis kitabul
Amkina wal Jibal wal Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters), Yaqut
menulis Mu’jamul Buldan (The Persian Book of Places) tahun 1228, Al-Qazwini
menulis Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), dll.
8. Filsafat
Di antara ilmu yang menarik pada masa dinasti Abbasiyah adalah
Filsafat. Ilmu ini berasal dari Yunani kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab, bahkan juga buku-buku yang berasal dari Persia maupun Spanyol.
Dari gerakan ini muncul para filosof Islam, seperti: Al-Kindi (185-260
H/801-873 M), Al-Razi (251-313 H/865-925 M), Al-Farabi (258-339 H/870-950 M),
Ibn Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Bajjah, dan lain-lin.
9. Sains Lainnya
Seperti Botani (Abd Latif), Antidote/penawar racun (Ibn Sarabi),
Trigonometri (Jabir ibn Aflah), dan Musik (Nasiruddin Tusi, Qutubuddin, Asy-
Syirazi, dan Safiuddin).
C. Kemajua di Bidang Ekonomi
Para Khalifah dinasti Abbasiyah yang khususnya pada periode awal
sangat menyadari akan vitalnya bidang ekonomi bagi kelangsungan pemerintahan.
Oleh karena itu mereka memberi perhatian penuh pada bidang yang satu ini. Upaya
untuk kemajuan bidang ekonomi ini dimulai dengan pemindahan pusat
pemerintahan ke kota Bagdad.
Baghdad merupakan sebuah kota yang terletak didaerah yang sangat
strategis bagi perniagaan dan perdagangan. Begitu juga terdapat jalur pelayaran
ke sungai eufrat yang cukup dekat. Sehingga barang-barang dagangan dan
perniagaan dapat diangkut menghilir sungai eufratdan tigris dengan menggunakan
perahu-perahu kecil. Di samping itu, yang terpenting ialah tedapatnya jalan
nyaman dan aman dari semua jurusan. Akhirnya Baghdad menjadi daerah sangat
ramai, karena disamping sebagai ibu kota kerajaan juga sebagai kota niaga yang
cukup marak pada masa itu. Dari situlah negara akan dapat devisa yang sangat
besar jumlahnya.
Selain itu faktor pertambahan jumlah penduduk juga merupakan suatu
faktor turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dimana semakin pesat pertumbuhan
penduduk, maka semakin besar dan banyak pula faktor permintaan pasar (demand).
Hal ini pada gilirannya memicu produktivitas ekonomi yang tinggi.
Komoditi yang menjadi berkembang pada masa itu adalah bahan pakaian
atau tekstil yang menjadi konsumsi pasar asia dan eropa. Sehingga industri di
bidang penenunan seperti kain, bahan-bahan sandang lainnya dan karpet berkembang
pesat. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam industri ini adalah kapas, sutra
dan wol. Industri lain yang juga berkembang pesat adalah keramik dan parfum.
Selain itu berkembang juga industri kertas yang di bawa ke
Samarkand oleh para tawanan perang Cina tahun 751 M. di Samarkan inilah
produksi dan ekspor kertas dimulai. Hal ini mendorong pemerintah pada masa
Harun Ar-Rasyid lewat wazirnya Yahya ibn Barmak mendirikan pabrik kertas
pertama di Baghdad sekitar tahun 800 M.
Alat tukar yang digunakan adalah mata uang Dinar (emas)
dan Dirham (perak). Penggunaan mata uang ini secara ekstensif
mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi
yang melakukan perjalanan jauh, sangat beresiko jika membawa kepingan-kepingan
tunai uang tadi. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan perjalanan
digunakanlah sistem yang dalam perbankan modern disebut Cek, yang waktu itu
dinamakan Shakk. Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi fleksibel.
Artinya uang bisa didepositokan di satu bank di tempat tertentu, kemudian bisa
ditarik atau dicairkan lewat cek di bank yang lain. Dan cek hanya bisa
dikeluarkn oleh pejabat yang berwenang yaitu bank. Lebih jauh bank pada masa
ini kejayaan Islam juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha perdagangan
dan industri. Selain itu bank juga sudah menjalankan fungsi sebagai Currency
Exchange (penukaran mata uang).[1]
Kemajuan di bidang ekonomi tentunya berimbas pada kemakmuran rakyat
secara keseluruhan. Puncak kemakmuran rakyat dialami pada masa Harun Ar-Rasyid
(786-809M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang melimpah pada masa
ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan di berbagai bidang seperti sosial,
pendidikan, kebudayaan, pendidikan, Ilmu Pengetahuan, kesehatan, kesusastraan
dan pengadaan fasilitas-fasilitas umum. Pada masa inilah berbagai bidang-bidang
tadi mencapai puncak keemasannya.
Kemajuan ekonomi dan kemakmuran rakyat pada masa ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
· Relatif
stabilnya kondisi politik mendorong iklim yang kondusif bagi aktivitas
perekonomian.
· Tidak adanya
ekspansi ke wilayah-wilayah baru sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh
masyarakat guna meninggkatkan taraf hidup dan kesejahtraan mereka.
· Besarnya
arus permintaan (demand) untuk kebutuhan-kebutuhan hidup baik yang bersifat
primer, sekunder dan tersier, telah mendorong para pelaku ekonomi untuk
memperbanyak kuantitas persediaan (supply) barang-barang dan jasa.
· Luasnya
wilayah kekuasaan mendorong perputaran dan pertukaran komoditas menjadi ramai.
Terutama wilayah-wilayah bekas jajahan Persia dan Byzantium yang menyimpan
potensi ekonomi yang besar.
· Jalur
transfortasi laut serta kemahiran para pelaut muslim dalam ilmu kelautan atau
navigasi.
· Etos kerja
ekonomi para khalifah dan pelaku ekomoni dari golongan Arab memang sudah
terbukti dalam sejarah sebagai ekonom yang tangguh. Hal ini didorong oleh
kenyataan bahwa perdagangan sudah menjadi bagian hidup orang Arab, apalagi
kenyataan juga mengatakan bahwa Nabi sendiri juga adalah pedagang.
Kebijakan di biadang Ekonomi yang ditempuh Khalifah:
a) Pertanian
Untuk meningkatkan hasil pertanian dibangun banyak bendungan, kanal
dan irigasi untuk memenuhi dan mengatur pengairan yang dibutuhkan para petani.
Sebagai contoh, “Terusan Zubaidah” yang dibangun atas usulan istri
Khalifah Harun Ar-Rasyid, Permaisuri Zubaidah, yang mengalirkan air ke dua kota
suci yaitu Mekah dan Madinah.
b) Perindustrian
Para khalifah menganjurkan masyarakat untuk membuat industri baik
pertambangan maupun pengolahan untuk memperkuat bidang perekonomian. Banyak
kota yang dibangun sebagai pusat–pusat industri. Contohnya, Basrah sebagai
pusat industri gelas dan sabun; Kufah sebagai industri tekstil; Khazakstan
sebagai industri sutera; Damaskussebagai industri pakaian jadi dari sutra
bersulam; dan Syam sebagai pusat industri keramik dan gelas berukir.
c) Perdagangan,
Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
· Membangun
sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
· Membangun
armada-armada dagang.
· Membangun
armada : untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut.
D. Kemajuan di Bidang Seni Budaya
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju
pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang pembangunan
fisik. Hal ini dapat kita lihat dari banguna-bangunan yang berupa:
a) Kuttab, yaitu tempat belajar
dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b) Majlis Muhadharah, yaitu tempat
pertemuan para ulama, sarjana, ahli pikir dan pujangga untuk membahas
masalah-masalah ilmiah.
c) Darul Hikmah, Adalah
perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan
terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d) Madrasah, Perdana menteri Nidhomul
Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada
sampai sekarang ini dengan nama Madrasah.
e) Masjid
Sisa peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani Abbassiyah
:
a) Istana Qarruzzabad di Baghdad
b) Istana di kota Samarra
c) Istana Al Hamra di Kordova
d) Istana Al Cazar, dan lain-lain
e) Bangunan-bangunan sekolah
f) Kuttab
g) Majlis Muhadharah
h) Darul Hikmah
i) Masjid Raya Kordova
(786 M)
j) Masjid Ibnu
Taulon di Kairo (876 M)
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Ibnu & Muhlisin. Sejarah Peradaban Islam.Surabaya.2006
Lupidus , Ira M. Sejarah Sosial Ummat Islam . Jakarta :
RajaGrafindo Persada. 1999
Thohir, Ajib. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2004
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada. 2010
Maurice Lombard, The Golden Age of Islam. New York :
American Elsevier, 1975.
[1] Masalah perekonomian pada masa Dinasti Abbasiyah secara
lengkap dapat dilihat dalam Maurice Lombard, The Golden Age of Islam (New
York : American Elsevier, 1975), hlm. 182.
EmoticonEmoticon